9 Apr 2010

kontroversi G30S PKI

textTEXT SIZE :
Share
Fitra Iskandar - Okezone

Soeharto adalah sosok penting dalam penumpasan pemberontakan 30 September yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Namun pandangan lain menyatakan Soeharto terlibat dalam pemberontakan itu.

Kolonel Latief tahanan politik Orde Baru yang menjabat Komandan Brigade Infanteri I Kodam V Jaya, saat peristiwa G 30S PKI 1965 meletus, dalam bukunya "Pledoi Kol A Latief: Soeharto Terlibat G30S," menunjuk Soeharto tokoh yang mengetahui rencana peristiwa G30S.

Dalam buku itu Latief menyatakan rencana pemberontakan G30S telah dilaporkannya kepada Soeharto pada 28 September 1965, dua hari sebelum penculikan para jenderal terjadi.

"Tapi mengapa Soeharto selaku Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) tidak menggagalkan peristiwa yang berbuntut pada penggulingan Soekarno selaku presiden "setelah mendapat laporan dari saya," ujar Latief dalam buku tersebut.

Latief mempertanyakan "siapa sebenarnya yang melakukan coup d'etat pada 1 Oktober 1965: G30S ataukah Jenderal Soeharto. Inilah yang selalu menjadi permasalahan sekarang karena siapa sebenarnya yang mulai berkuasa setelah Presiden Soekarno ditawan hingga wafat. Siapa yang menahan Presiden Soekarno dan siapa yang menggulingkan pemerintahan Soekarno: G30S ataukah Soeharto?"

Mengutip Indonesianis Benedict Anderson dari Universitas Cornell, tiga hal penting yang dikemukakan Latief dalam bukunya. Pertama, Soeharto mengetahui bahwa sekelompok tentara akan menculik beberapa jenderal dan menghadapkan mereka kepada Presiden Soekarno. Kedua, membantah tuduhan oditur bahwa G30S bermaksud menggulingkan Soekarno. Ketiga, kekejaman di dalam penjara semasa Orde Baru: kaki Latief digibs dan dibiarkan selama dua tahun membusuk hingga dihinggapi ulat atau belatung.

Sejarahwan Asvi Marwan Adam, seperti yang ditulis Masyarakat Sadar Sejarah (Mesiass), menambahkan selain ketiga hal yang diungkapkan Anderson dalam ulasannya, terdapat tiga catatan penting. Pertama, keterlibatan PKI sebagai dalang peristiwa G30S diragukan. Kedua, buku putih mengenai G30S yang dikeluarkan Orde Baru harus diragukan karena bersumber dari interogasi yang disertai penyiksaan. Ketiga, perlu diteliti keterlibatan Kodam Diponegoro dalam peristiwa G30S dan sesudahnya.

Pecahnya pemberontakan PKI yang ditandai dengan penculikan 7 jenderal Angkatan Darat (AD), selanjutnya juga dicurigai sebagai sebuah konspirasi antara AD dan kekuatan anti komunis yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Kecurigaan tersebut mencuat setelah ditemukannya dokumen Gilchrist. Isinya antara lain mengenai rencana serangan AS ke Indonesia yang ketika itu dianggap terlalu dekat dengan kekuatan Komunis internasional yaitu Soviet dan China.

Dalam dokumen itu juga disebut AS harus memberikan kesempatan kepada militer di Indonesia yang disebut "our local army friends" yang akan bekerjsama meredam kekuatan komunis di Indonesia.

1 Apr 2010

Biografi Gajah Mada




Gajah Mada ialah salah satu Patih, kemudian Mahapatih, Majapahit yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya. Tidak diketahui sumber sejarah mengenai kapan dan di mana Gajah Mada lahir. Ia memulai karirnya di Majapahit sebagai bekel. Karena berhasil menyelamatkan Prabu Jayanagara (1309-1328) dan mengatasi Pemberontakan Ra Kuti, ia diangkat sebagai Patih Kahuripan pada 1319. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih Kediri.


Pada tahun 1329, Patih Majapahit yakni Aryo Tadah (Mpu Krewes) ingin mengundurkan diri dari jabatannya. Ia menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri sebagai penggantinya. Patih Gajah Mada sendiri tak langsung menyetujui. Ia ingin membuat jasa dahulu pada Majapahit dengan menaklukkan Keta dan Sadeng yang saat itu sedang melakukan pemberotakan terhadap Majapahit. Keta & Sadeng pun akhirnya takluk. Patih Gajah Mada kemudian diangkat secara resmi oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi sebagai patih di Majapahit (1334).

  • Sumpah Palapa

Pada waktu pengangkatannya ia mengucapkan Sumpah Palapa, yakni ia baru akan menikmati palapa atau rempah-rempah yang diartikan kenikmatan duniawi jika telah berhasil menaklukkan Nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton berikut [1]: “ Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa ”

(Gajah Mada sang Maha Patih tak akan menikmati palapa, berkata Gajah Mada “Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa.)

Walaupun ada sejumlah (atau bahkan banyak) orang yang meragukan sumpahnya, Patih Gajah Mada memang hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Bedahulu (Bali) dan Lombok (1343), Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Tamiang, Samudra Pasai, dan negeri-negeri lain di Swarnadwipa (Sumatra) telah ditaklukkan. Lalu Pulau Bintan, Tumasik (Singapura), Semenanjung Malaya, dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga (Tanjunglingga), Kotawaringin, Sambas, Lawai, Kandangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludung, Solok, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.

Di zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) yang menggantikan Tribhuwanatunggadewi, Patih Gajah Mada terus mengembangkan penaklukan ke wilayah timur seperti Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwuk, Makassar, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo.

Perang Bubat

Dalam Kidung Sunda[2] diceritakan bahwa Perang Bubat (1357) bermula saat Prabu Hayam Wuruk hendak menikahi Dyah Pitaloka putri Sunda sebagai permaisuri. Lamaran Prabu Hayam Wuruk diterima pihak Kerajaan Sunda, dan rombongan besar Kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan agung itu. Gajah Mada yang menginginkan Sunda takluk, memaksa menginginkan Dyah Pitaloka sebagai persembahan pengakuan kekuasaan Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda mengenai hal ini, terjadilah pertempuran tidak seimbang antara pasukan Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat; yang saat itu menjadi tempat penginapan rombongan Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayahanda dan seluruh rombongannya gugur dalam pertempuran. Akibat peristiwa itu, Patih Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatannya.

Dalam Nagarakretagama diceritakan hal yang sedikit berbeda. Dikatakan bahwa Hayam Wuruk sangat menghargai Gajah Mada sebagai Mahamantri Agung yang wira, bijaksana, serta setia berbakti kepada negara. Sang raja menganugerahkan dukuh “Madakaripura” yang berpemandangan indah di Tongas, Probolinggo, kepada Gajah Mada. Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa pada 1359, Gajah Mada diangkat kembali sebagai patih; hanya saja ia memerintah dari Madakaripura.

Akhir hidup

Disebutkan dalam Negarakretagama bahwa sekembalinya Hayam Wuruk dari upacara keagamaan di Simping, ia menjumpai bahwa Gajah Mada telah gering (sakit). Gajah Mada disebutkan meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi.

Hayam Wuruk kemudian memilih enam Mahamantri Agung, untuk selanjutnya membantunya dalam menyelenggarakan segala urusan negara.



ini adAlah salah satu keajaiban dunia dimana Allah membentuk awan berbentuk Allah agar kita senantiasa mengingat-Nya.